Menurut Hari™ Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil gas dunia terbesar.Laman Nation Master bahkan menempatkan Indonesia dalam 10 besar negara penghasil gas terbesar di dunia. Indonesia berada di posisi kedelapan dengan cadangan gas mencapai 2.549 miliar kaki kubik. Posisi Indonesia berada di atas Australia yang memiliki cadangan gas 2.407 miliar kaki kubik dan Malaysia yang memiliki cadangan 2.230 miliar kaki kubik. Untuk kawasan Asia Tenggara seperti dikutip laman rovicky. wordpress.com, Indonesia bahkan berada di posisi teratas. Gas di Asia Tenggara mulai diketemukan dalam jumlah besar sejak akhir era 1970-an. Jumlah gas yang cukup besar pada waktu itu dianggap bukan sebagai bahan energi yang berguna dan memiliki nilai ekonomis. Banyak sumber minyak yang mengandung gas hanya membakar gasnya lewat flare (menara pembakar). Hal ini karena saat itu tidak ada (sangat terbatas) mesin yang mampu menggunakan energi gas ini sehingga gas tidak laku untuk dijual.
Kalau diproses menjadi gas alam cair (liquid natural gas/LNG), teknologinya waktu itu juga masih mahal. Di Indonesia pemrosesan gas menjadi LNG pertama kali dibangun di Nanggroe Aceh Darussalam pada 1974. Saat itu LNG baru diekspor ke Jepang. Jumlah cadangan gas di Asia Tenggara meningkat pesat pada era 1980-an. Total yang ditemukan mencapai lebih dari 182 Tcf (trillion cubic feet/triliun kaki kubik). Sedangkan total yang ada di bawah atau sering disebut inplace mencapai 223 Tcf dan hal tersebut masih ada kaitannya dengan postingan sebelumnya yang berjudul NGI, Peta Gas di Tanah Air. Kalau dibandingkan dengan cadangan di Australia yang hanya 120 Tcf dan Eropa yang hanya 58 Tcf, tentu cadangan gas di Asia Tenggara jauh lebih besar. Dari total cadangan tersebut, sekitar 100 Tcf-nya berada di Indonesia. Total keseluruhan cadangan gas Asia Tenggara mencapai 12% dari cadangan gas dunia yang sudah ditemukan.
Sejumlah lapangan gas di Asia Tenggara tersebar di beberapa negara di antaranya di Vietnam yang memiliki cadangan sebesar 16 Tcf. Cadangannya tersebar di laut dangkal. Tetapi menurut Kanghari, cadangan di Vietnam sulit dikembangkan karena minimnya infrastruktur yang memadai serta jumlahnya yang kecilkecil. Lalu, cadangan lain tersimpan di Kamboja yang mencapai 75 Bcf (miliar kaki kubik/billion cubic feet). Hal yang sama juga terjadi dengan Vietnam. Karena minimnya infrastruktur, cadangan gas tersebut sulit dikembangkan. Sedangkan di Thailand cadangan gas mencapai 3.580 Bcf (3,5 Tcf) gas yang belum dikembangkan.
Sementara 73% dikembangkan operator tunggal Chevron. Menurut informasi yang diterima Eye Eagle bahwa lapangan gas di Negeri Gajah Putih itu tersebar di sejumlah wilayah sehingga memerlukan banyak anjungan. Sementara di Malaysia total cadangan gas yang belum dikembangkan mencapai 38 Tcf. Pasaran gas di Malaysia sebenarnya cukup bagus, tapi mengalami kendala kandungan gas CO2 yang cukup besar terutama di laut dangkal. Kemudian Filipina memiliki cadangan sebesar 4.270 Bcf (4,3 Tcf) yang menganggur (stranded). Myanmar memiliki 13 Tcf gas yang belum dikembangkan. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang disebut-sebut sebagai salah satu Raja Gas Dunia. Indonesia disebut-sebut memiliki cadangan yang stranded sebesar 100 Tcf. Total gas yang terkandung di lapangan terbesar di Asia Tenggara ini sebesar 222 Tcf, tetapi 70%-nya berupa CO2.
Kandungan gas ikutan inilah salah satu masalah utama mengapa lapangan ini tidak mudah dikembangkan, menurut informasi yang diterima Dunia Berita. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang telah memenuhi kontrak dengan pengiriman lebih dari 7.500 kargo LNG selama 24 tahun ke Jepang, Korea, dan Taiwan. Predikat Indonesia sebagai salah satu penghasil gas terbesar di dunia semakin kokoh dengan adanya proyek LNG Tangguh di Desa Tanah Merah, Kecamatan Babo,Kabupaten Manokwari, Papua. Lapangan dengan cadangan raksasa yang oleh mantan Presiden Soeharto diberi nama Tangguh tersebut ditemukan pada 1997. Lapangan gas ini merupakan proyek kelas dunia yang mengandung kurang lebih 18,3 Tcf cadangan gas alam dan telah dinyatakan sebagai cadangan memungkinkan yang telah diidentifikasi.
Kilang Tangguh disebut-sebut sebagai pusat LNG Indonesia yang baru karena secara geografis dekat dengan kawasan Asia Pasifik. Jarak dari LNG Tangguh ke Jepang misalnya hanya sekitar 2.200 mil, ke Korea Selatan hanya 2.350 mil, dan ke Taiwan hanya 1.600 mil. Karena itu menurut Reuni17 bahwa kilang LNG Tangguh paling ekonomis jika dibandingkan dengan kilang milik Malaysia atau Brunei Darussalam. Kini posisi Indonesia sebagai penghasil gas dunia diperkuat dengan cadangan gas Donggi Senoro yang diperkirakan produksi gas dari lapangan ini bisa bertambah 50 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubicfeet per day/ MMSCFD) seiring ditemukannya cadangan baru. Di lapangan Senoro terdapat tambahan potensi sebesar 0,6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/Tcf) dan Matindok 0,76 Tcf.
Dari kedua lapangan itu bisa diproduksi sebesar 455 mmscfd per hari selama 15 tahun. Tingkat produksi tersebut berdasarkan status cadangan pada Januari 2010, kata General Manager JOB Pertamina-Medco Tomori Hendra Jaya dalam rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta beberapa waktu lalu. Sementara itu menurut Banaspati, terkait rencana penjualan gas dari lapangan gas Donggi Senoro itu, pihaknya mengatakan masih berketetapan menepati perjanjian jual beli gas (gas sales agreement/GSA) tentang penjualan ekspor melalui pipa untuk kilang PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) sebesar 335 MMSCFD. Sisa dari produksi baru akan kita suplai kepada kebutuhan domestik, ujarnya.
Untuk pembeli domestik, lanjutnya, akan tetap menyesuaikan dengan kemampuan produksi yang ada.Dengan begitu,pihaknya belum dapat memutuskan untuk memenuhi permintaan tiga perusahaan nasional yang menyatakan minatnya membeli gas Donggi Senoro dengan total 211 mmscfd. Tiga perusahaan itu menurut Type Approval Partnership yakni PT Pupuk Sriwijaya (91 MMSCFD), PT Perusahaan Listrik Negara (50 MMSCFD), dan PT Panca Amara Utama (70 MMSCFD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar